Estetika
(kerangka pemikiran Thomas Aquinas)
Thomas
Aquinas
Estetika merupakan kekuatan utama
dari semua seni. Ibarat jantung pada tubuh manusia, estetika memiliki peranan
penting bagaimana seni bisa memanifestasi emosi, perasaan dan pikiran manusia.
Dengan adanya estetika, seni dapat memberikan kesenangan, atau kepuasan emosi
melalui campur tangan persepsi indera. Estetika sendiri dipengaruhi oleh banyak
hal seiring dengan perkembangan jaman.
Thomas Aquinas merupakan salah satu
teolog sekaligus seorang pastor yang memiliki pengaruh besar dalam
berkembangnya teori estetika pada abad pertengahan. Sebagai guru di salah satu
Universitas di Paris dan Italia, Thomas Aquinas menunjukkan bahwa dengan dasar
teori Plato (427 SM), Aristoteles (384
SM) dan teori Agustinus bisa diperoleh pemikiran filosofis yang lebih sempurna.
Sebagai seorang teolog, ia tetap
mengakui otonomi filsafat yang mendasarkan diri pada kemampuan akal budi. Akal
budi yang dimiliki manusia mempunyai kemampuan membedakan mana yang baik dan
yang buruk dalam kawasan alamiah. Dengan adanya iman, manusia dapat menggapai
pengetahuan yang tidak bisa tercapai oleh akal budi. Jadi, teologi dan filsafat
seharusnya berdiri berdampingan untuk saling melengkapi.
Pengetahuan Alam berasal dari akal
budi yang tujuannya menjelaskan hal-hal bersifat duniawi, atau hal-hal yang
dapat ditangkap indera. Sedangkan pengetahuan Iman berpangkal dari wahyu yang
disampaikan Allah, salah satunya melalui Kitab Suci.
Thomas Aquinas terpengaruh dengan
adanya teori Plato yang mengumpamakan bahwa segala sesuatu yang kita lihat
hanya merupakan bayang-bayang dari idea. Thomas Aquinas melihat bahwa segala sesuatu yang
indah pada dunia, merupakan simbol dari keberadaan Tuhan atau keindahan yang
ada pada dunia ilahi. Juga terpengaruh oleh teori Aristoteles yang mengatakan
bahwa seni dapat membantu pemurnian jiwa. Di satu sisi, Plato telah membuka
jalan pemecahan antropologis yang selaras dengan iman, tetapi di sisi lain,
Aristoteles memiliki pandangan lebih kuat. Teori Thomas Aquinas untuk hal-hal
yang bersifat duniawi dipengaruhi oleh pemikiran Aristoteles, sedangkan hal-hal
metafisik yang menyangkut keimanan dipengaruhi kuat oleh Plato.
Selain oleh Plato dan Aristoteles, Thomas Aquinas juga
terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran NeoPlatonisme Agustinus yang menggambarkan
hubungan harmonis antara yang ada di dunia dengan Yang Esa. Dimana hal tersebut
serupa dengan semakin berkembangnya ilmu tentang Tuhan. Hubungan tersebut
diungkapkan melalui teori emanasi dan remanasi. Emanasi merupakan hubungan turun
dari Yang Esa, sampai ke materi yang ada di dunia, dan remanasi merupakan
gerakan kembali atau pemurnian diri kembali kepada Yang Esa.
Estetika pada jaman ini berawal dari teologi, dipengaruhi
karena adanya perkembangan mengenai teosentris yang mengungkapkan adanya Tuhan
sebagai Yang Ilahi. Keindahan adalah percikan dari kesempurnaan Ilahi. Meurut
Thomas Aquinas keindahan juga tak hanya bersifat subjektif, tapi juga objektif.
Yang dimaksudkan dengan sifat subjektif dari estetika adalah keindahan pada suatu
hal dapat ditangkap secara berbeda-beda pada setiap manusia yang merasakannya.
Misalnya suatu seni ketika dilihat oleh seseorang secara fisik dan batin bisa
memberikan ketenangan, sedangkan oleh orang lain bisa memberikan pengalaman
yang berbeda. Tetapi sifat objektif yang dimaksudkan Thomas Aquinas adalah
bahwa diantara orang-orang tersebut pastilah ada sekelompok orang yang memiliki
pengalaman keindahan yang sama. Dengan begitu, pastilah estetika memiliki
kriteria tertentu sehingga keindahan yang ditangkap bisa serupa oleh sekelompok
orang.
Terdapat 3 syarat keindahan menurut Thomas Aquinas yaitu
integritas/ kelengkapan, harmoni/ proporsional dan kecemerlangan. Tiga hal ini
juga dipengaruhi oleh adanya gereja pada jaman tersebut.
Keindahan adalah aspek dari yang baik, sehingga dalam
karya seni, keindahan diidentikkan dengan kebaikan. Keindahan berasal dari
Tuhan yang dilambangkan dengan cahaya terang. Yang indah juga lah yang
menyenangkan secara inderawi.