Wednesday, September 25, 2013

Cikal Bakal Filsafat dan asal mula estetika

Cikal Bakal filsafat, pada jaman Yunani Kuno, berawal dari seorang bangsawan yang lahir di Athena, bernama Plato.
Walaupun iya mendapat ajaran ini dari gurunya, Sokrates, tapi ia yang menulis buku pertama kali tentang filsafat dan pemikiran-pemikiran nya beserta pemikiran gurunya. Ayah Plato merukapan raja terakhir di Athena, sedangkan ibunya seorang hukum ternama di sana. Ajaran-ajaran Sokrates membukakan mata Plato akan luasnya ilmu-ilmu di semesta ini. Sehingga pada tahun 384 SM ia mendirikan sekolah Akademika, sebagai cikal bakal pendidikan sampai saat ini.

Politeia / Republic merupakan karyanya yang paling terkenal.
Ia percaya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini berasal dari ide. Ide adalah sebuah prinsip universal yang memungkinkan sesuatu untuk ada. Bagaimana sebuah benda / hal bisa muncul di dunia, karena berawal dari ide. Misalnya saja kenyataan dari kursi menurut Plato bukan lah sesuatu yang bisa dilihat (bukan kursi itu sendiri, bukan kayu maupun bahan-bahan yang membentuk kursi itu), tetapi adalah ide dasar dari kursi itu sendiri. Bagaimana orang menciptakan kursi itu karena adanya ide untuk beristirahat dengan nyaman. Bagian material dari kursi itu bukanlah kebenaran sesunggunya, melainkan hanya bagian dari kebenaran sesunggunya.

Idea sendiri bersifat universal, nalar, dan kekal.
Universal berarti tidak berawal dari 1 orang dan berakhir pada 1 orang. Jadi bisa dimanfaatkan oleh semua orang.
Nalar berarti tidak konkrit. Abstrak. Jadi hanya bisa ditangkap oleh akal manusia.
Kekal berarti kalau benar saat ini, berarti benar untuk di masa yang akan datang.


Alegori Gua (allegory of the cave)
merupakan pemikiran dari plato, menggambarkan tentang seorang tahanan di dalam gua. Tahanan tersebut di ikat dengan selalu menghadap ke tembok. Ia tidak bisa melihat apa yang ada di belakangnya, tetapi karena di belakangnya ada api, ia hanya bisa melihat bayang-bayang yang dipantulkan benda2 yang terkena cahaya api tersebut.
Sama seperti manusia. Di mana kebanyakan orang hanya bisa melihat bayang-bayang dari kebenaran sejati. Hanya orang yang menggunakan nalar nya lah yang bisa kabur dari penjara

Menurut Plato, Estetika sifatnya tidak kekal, karena hanya merupakan pengalaman indrawi. Estetika hanya menjauhkan kita dari ide. Yang mendekatkan kita pada ide hanyalah nalar.
Jadi, seni menurut plato merupakan hal imitasi. Yang derajatnya paling rendah. Karena merupakan tiruan dari tiruan. Contohnya gambar sepatu, merupakan tiruan dari sepatu itu sendiri yang merupakan hasil dari ide.

Keberatan plato terhadap seni:

  1. Karena seni menjauhkan kita dari ide
  2. Seni bersifat emosional sehingga tidak kekal


Tokoh yang berpengaruh berikutnya, Aristoteles. Merupakan murid Plato, belajar di Akademika selama 18 tahun. Pada tahun 342 SM diundang ke Makedonia sebagai guru pribadi Iskandar Agung Muda. Kemudian kembali ke Athena membuat sanggar nya sendiri yang bernama Lyceum.

Aristoteles banyak menentang hal-hal yang diajarkan oleh gurunya, Plato, terbukti dari teorinya Hyle-morfisme. Hyle adalah materi yang memungkinkan suatu benda memiliki bentuk. Dan Morfisme adalah prinsip yang memberi aktualitas / kenyataan pada materi.

Terdapat 4 penyebab terbentuknya hal-hal di dunia:
  1. Penyebab Material (Causa Materialis) - material pembuat bentuk
  2. Penyebab Formal (Causa Formalis) - rancangannya / blueprint
  3. Penyebab Efisien (Causa Eficiens) - hubungan benda-benda sebagai proses pembuat
  4. Penyebab Final (Causa Finalis) - kegunaan / fungsi akhir
Bukanlah ide yang melahirkan sesuatu, melainkan hal-hal fisik seperti material.
Jadi Seni menurut Aristoteles merupakan khatalis / pemurnian. Karena perasaan yang terdapat di lubuk manusia dipancing oleh seni dan pada akhirnya dikeluarkan untuk dilegakan dari emosi-emosi tersebut.

Menurut saya, walaupun turunan dari teori Aristoteles bertentangan dengan teori yang dimiliki Plato, tapi sebenarnya inti dasar teori mereka tidak bertentangan, melainkan teori Aristoteles hanya merupakan penyempurnaan dari teori Plato. Karena teori Plato memiliki kelemahan dengan mengabaikan material dari benda itu sendiri. Tetapi Aristoteles tetap mempertimbangkan ide, yang disebutnya sebagai Causa Finalis). 


Pada tahun 250, Plotinus menyempurnakan lagi teori mereka, yang disebut teori Emanasi dan Remanasi.

Emanasi berawal dari Yang esa, membentuk Nous, Jiwa Dunia, Jiwa Individual, dan berakhir pada Materi.
Sedangkan Remanasi merupakan gerak kembali dari emanasi. Yang berawal dari Materi, Jiwa individual, Jiwa Dunia, Nous, dan berakhir pada Yang Esa.

Tahap Remanasi terdiri dari:
  1. Purification - pemurnian diri
  2. Kontempletation - merenungkan hal-hal yang ada di dunia
  3. Ekstasis - penyatuan atau peleburan melalui bertapa, puasa, dll
Ia beranggapan bahwa seni berharga, karena bisa mendekatkan diri pada yang Esa. Wujud pada seni itu tidak lah sepenting emosi yang terkandung di dalamnya.

Tuesday, September 10, 2013

Apa itu Estetika?

Tanggal 6 September, pertemuan pertama saya di kelas Aesthetics yg diajar sama ibu Almitra. My first impression, orangnya cukup asik kalau ngajar. Ngga terlalu banyak basa-basi, jadi kita bisa langsung masuk ke pelajaran. 

Dan ini yang saya dapet dari pertemuan pertama kelas ini. :)
.
.
.


Aesthetic.... dari kata-kata nya kita pasti udah tau kalau artinya keindahan.
Tapi apa itu deskripsi dari Aesthetics sendiri? Aesthetics berasal dari kata yunani kuno 'aisthonomai'  yang berarti mengamati dengan indra. Dan aesthesis sendiri yang berarti pencerapan/ perception.

Definisi estetika secara rinci, mencakup:
  1. Ilmu pengetahuan tentang pengamatan indrawi
  2. Renungan filosofis tentang seni/ filsafat seni
  3. Tidak hanya menyelidiki yang indah, tapi juga yang buruk
  4. Membicarakan masalah cita rasa/ selera

Teori estetika terdiri dari:
  1. Penyelidikan tentang yang indah 
  2. Prinsip landasan seni
  3. Pengalaman yang berkaitan dengan seni,  penciptaan, penilaian/ refleksi. terhadap karya seni

Terus apa sih faktor yang berpengaruh dalam pembentukan pengalaman estetik tiap-tiap manusia?
Tiap orang pasti memiliki pengalaman estetik yang berbeda-beda. Hal itu dapat terjadi karena kita sebagai manusia bisa melakukan banyak macam hal yang berbeda pula. Kita sebagai makhluk yang bertubuh (embodied being) memiliki indra-indra untuk merasakan pengalaman dari apa yang kita lakukan. Misalnya aja kita bisa menangis kalau melihat drama yang sedih, tertawa kalau ada video lucu di televisi, dan sebagainya. Yang membuat pengalaman estetik setiap orang berbeda karena setiap orang mempunyai interest yang berbeda, punya latar belakang pendidikan dan sosial yang berbeda pula. Karena itu mengapa jika kita mengalami hal yang sama, tapi pengalaman yang saya dan anda rasakan bisa berbeda.

Kedua, kita adalah makhluk yang terus berubah. Maksudnya, hal-hal yang kita sukai sekarang dengan yang akan datang bisa jadi berbeda. Contohnya, di jaman sekarang ini potongan celana cutbray tidak lagi terkenal. Bahkan kita bisa dibilang aneh kalau masih punya selera seperti itu.
Perubahan hal ini juga sangat erat kaitannya dengan faktor pertama, kita sebagai makhluk yang bertubuh. Banyak hal yang membuat kita terdorong untuk melakukan perubahan. Salah satunya adalah dengan mendapatkan ide-ide baru. Ide tersebut bisa didapatkan dari berbagai macam media, misalnya membaca buku, melihat apa yang dilakukan orang lain, mendengar lagu, dan sebagainya.

Yang terakhir, manusia juga sebagai makhluk kognitif. Karena kemampuan manusia yang dapat berfikir tersebut, membuat kita bisa memiliki suatu rasa, ide, atau tanggapan saat kita melakukan dan merasakan suatu hal. Misalnya saat saya melihat foto-foto narsis di profile picture facebook orang lain. Saya bisa menilai 'wah ini cantik ya' atau malah 'ih ilfeel bgt sih tiap menit update foto sendiri'. Kita menjadi bisa menilai, mengkritik, dan menganalisa berbagai macam hal.


Estetika menjadi sangat penting karena di dunia kita ini, kita dihadapkan dengan sangat banyak visualitas. Semua hal yang kita lihat merupakan visualitas. Mulai dari kita bangun tidur, sampai tidur lagi.


Kita harus peduli dengan estetika, karena manusia memang pada dasarnya sebagai makhluk estetis, yang tidak pernah bisa dilepaskan karena sebagai pengalaman dasar manusia.

Tapi ada yang beranggapan bahwa estetika kan sifatnya fana, karena hanya di terima oleh indrawi sehingga cepat hilang dalam sekejap. Tidak dapat menjelaskan hal-hal secara mendetail seperti ilmu-ilmu pasti lainnya, dan bersifat sangat subjektif karena bermain soal rasa. Memang hal pengalaman estetika bersifat subjektif, mengingat setiap orang dapat memiliki pengalaman berbeda dari hal yang sama. Namun subjektivitas tersebut bisa dikelompokkan lagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih besar, dengan orang orang yang memiliki taste serupa. 
Argumen yang menentang estetika tersebut terlalu mengabaikan peran tubuh dalam menerima pengalaman indrawi. Kita tidak bisa melepaskan keseharian apa yang kita alami dengan pengalaman indrawi. Contohnya saat menonton film action di bioskop, kita bisa merasa tegang, seru, dan menyimpulkan setelahnya kalau film itu keren, lalu kita memberitahu teman-teman yang lain untuk menonton film tersebut.


Apa sih yang bisa didapat dari ilmu estetika ini? Salah satunya adalah memberikan cara untuk mengartikulasikan penilaian dari pengalaman indrawi kita. Sehingga bisa menyampaikannya / mengungkapkannya dengan baik.



Sejak jaman dahulu sampai sekarang, pengalaman estetik manusia dipengaruhi oleh hal-hal yang berbeda. Bahkan bisa sangat berbeda jauh seiring dengan perkembangan jaman.

Pada jaman Yunani kuno, perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh adanya teori kosmosentrisme yang mempercayai bahwa semua kekuatan berpusat pada alam. Sehingga alam dianggap sakral dan menjadi acuan refleksi semua orang dalam melakukan dan membuat berbagai hal. 
Juga ada teori makrokosmos, yang menganggap bahwa dewa-dewa lah yang memiliki kekuatan paling besar. Sehingga pada jaman tersebut, banyak bangunan-bangunan, karya-karya diciptakan berdasarkan acuan pengalaman ini.

Di awal abad pertengahan, teori Teosentrisme sangat kental dalam masyarakat. Terutama agama Kristiani yang membuka pikiran baru mengenai adanya Sang Ilahi. Karya-karya pada jaman itu dipengaruhi oleh adanya teori ini. Seperti rumah-rumah milik orang kaya yang berukir-ukir sangat rumit, sama seperti yang ada di gereja-gereja pada jaman itu. Ada pula buku-buku tulis dengan hiasan-hiasan yang juga sangat rumit, menyerupai pola tumbuhan.

Pada jaman modern awal, manusia banyak memiliki ketertarikan terhadap manusia itu sendiri. Karena dianggap manusia memiliki keunikan dan potensi yang bisa dikembangkan dengan luas. Adanya teori filsafat, kemampuan menggambarkan perspektif, ilusi, kemajuan dalam hal biologi merupakan contoh pengaruh Antroposentrisme (teori yang berpusat pada manusia).

Abad 20 sampai sekarang, yang berperan sangat besar adalah adanya kemajuan teknologi dan informatika yang sangat pesat. Bahkan sekarang sudah dianggap sebagai komoditas, dan bukan barang-barang mewah lagi. Orang menjadi dimudahkan dalam segala hal melalui adanya teknologi. Hal ini mempengaruhi cara berfikir, dan pengalaman yang didapatkan oleh manusia. 

Mungkin pada masa yang akan datang, hal yang berperan besar dalam mempengaruhi persepsi dan pengalaman estetik manusia adalah semakin kaburnya batas antara realitas nyata dengan dunia maya. Tapi saya bukan Mama Lauren yang bisa meramal masa depan, jadi siapa yang apa yang akan terjadi :P